Hai semuanya, selamat siang… seneng bisa update blog lagi, kali ini gue lagi pengen ngebahas tempat2 yang indah dan lumayan unik yang ada di Indonesia… sebenernya banyak banget loh.. jadi kalo dibahas satu2 lumayan pegel.. hehe… setelah memilah-milah, akhirnya gue nampilin yang berikut ini, ga apa-apa kan, indah kok tempatnya.. suer… yuk marii kita liat…
1.Masjid Dian Al-Mahri (Masjid Kubah Emas Depok)
Masjid Dian Al-Mahri terletak di Jalan Meruyung, Kecamatan Limo, Kota Depok, Jawa Barat. Masjid indah ini rencananya akan difokuskan menjadi pusat pengembangan kebudayaan Islam di Indonesia.
“Walaupun saat ini menjadi tempat wisata religi, namun konsep awal akan terus dijalankan yaitu sebagai pusat pengembangan budaya Islam,” kata Humas Masjid Kubah Emas, Yudiarto, di Depok.
Sebagai Pusat Pengembangan Budaya Islam, kompleks Masjid Kubah emas yang luasnya mencapai 50 hektar akan mempunyai tiga fungsi, pertama sebagai fungsi ibadah. Kedua, sebagai tempat pendidikan dan fungsi ketiga sebagai tempat dakwah/mensyiarkan agama Islam.
Sebagai daerah wisata religi, Masjid Kubah Emas pada hari biasa dikunjungi sekitar 10 ribu orang setiap harinya dan meningkat pada Sabtu dan Minggu menjadi 20 ribu sampai 30 ribu orang.
Mereka berdatangan dari berbagai daerah di Jabodetabek dan daerah luar Pulau Jawa, seperti Kalimantan, Mataram (NTB), Lampung, Bengkulu, Padang, dan lainnya. Bahkan juga dikunjungi dari luar negeri, seperti Malaysia dan Brunei Darussalam.
2. Batu Terbesar Di Dunia
Kamu pernah membayangkan sebuah batu yang berukuran sangat besar? gak pernah? ya udah ga apa-apa, ngapain juga ngebayangin batu, ga ada kerjaan amat hehehe.. tapi tau ga sih ada suatu daerah di Indonesia yang cukup unik karena di tempat itu terletak batu yang sangat besar. Nama tempatnya adalah Bukit Kelam, yang berlokasi di Kalimantan Barat.
Kontruksi batu kelam benar-benar hanya terdiri dari satu batu, jadi bukan terdiri dari banyak batu. Saking besarnya, orang-orang menjuluki batu ini sebagai batu terbesar di dunia.. hehe…
Bukit Kelam atau Kelam Hill menyajikan suatu pemandangan yang sangat indah, terlihat jelas bila melakukan perjalanan dari Sintang menuju Kabupaten Kapuas Hulu. Dibutuhkan kurang lebih 30 menit dari Kota Sintang, Kalimantan Barat, untuk tiba di Bukit Kelam, yang masuk wilayah Kecamatan Kelam, Kabupaten Sintang.
Luas areal wisata alam Bukit Kelam adalah 520 hektar. Di dalamnya banyak sekali terdapat keunikan dan kekayaan hayati. Udaranya sangat sejuk dan segar. Pokoknya, cocok buat rekreasi alam bagi semua kalangan.
Bila kamu berkeinginan untuk naik ke atas Bukit Kelam, bisa loh, karena fasilitas tangganya sudah tersedia, tapi harus hati-hati karena tangganya terbuat dari besi. Kamu harus menaiki tangga itu satu-satu. Lumayan capek. Tapi anggap saja sedang berolahraga. Kalau kamu fisiknya lagi ga fit, mending ga usah nekat deh, bisa kecapekan di tengah jalan karena kalo mau turun lagi ke bawah juga sama capeknya… serba salah kan, jadi kalo fisiknya lagi ga fit, mending tidur aja di rumah, (loh?)..
Masih di kawasan Bukit Kelam kamu bisa nemuin juga kolam renang untuk berendam dan bersantai ria. Kalau kamu pengen nginep di sana, bisa, karena ada camping ground yang cukup luas dan aman.
Sedikit petunjuk ke Bukit Kelam, kamu bisa mulai perjalanan dari Kota Pontianak, ibukota Kalimantan Barat. Dari Pontianak menuju ke Kota Sintang itu dapat di tempuh selama kurang lebih 7 sampai 8 jam, tergantung jalan mana yang kamu lewati, kendaraan apa yang digunakan, kalau naik bajaj pasti lama nyampenya… hiyaaaa emang ada bajaj di sana? heuheu..
Seperti halnya Gunung Tangkuban Parahu di Bandung, Jawa Barat, yang punya cerita legenda Sangkuriang, Bukit Kelam juga memiliki cerita legendanya tersendiri. Tapi bener kamu lagi santai?! lagi punya waktu untuk baca? Ya udah kalo lagi santai ini ceritanya..
Alkisah, di Negeri Sintang, Kalimantan Barat, Indonesia, hiduplah dua orang pemimpin dari keturunan Dewa yang memiliki kesaktian tinggi, namun keduanya memiliki sifat yang berbeda. Yang pertama bernama Sebeji atau dikenal dengan Bujang Beji. Ia memiliki sifat suka merusak, pendengki dan serakah. Tidak seorang pun yang boleh memiliki ilmu, apalagi melebihi kesaktiannya. Karena hal itu pula ia kurang disukai oleh masyarakat sekitar, sehingga sedikit pengikutnya. Sementara seorang lainnya bernama Temenggung Marubai. Sifatnya justru kebalikan dari sifat Bujang Beji. Ia memiliki sifat suka menolong, berhati mulia, dan rendah hati. Kedua pemimpin tersebut bermata pencaharian utama menangkap ikan, di samping juga berladang dan berkebun.
Bujang Beji beserta pengikutnya menguasai sungai di Simpang Kapuas, sedangkan Temenggung Marubai menguasai sungai di Simpang Melawi. Ikan di sungai Simpang Melawi beraneka ragam jenis dan jumlahnya lebih banyak dibandingkan sungai di Simpang Kapuas. Tidak heran jika setiap hari Temenggung Marubai selalu mendapat hasil tangkapan yang lebih banyak dibandingkan dengan Bujang Beji.
Temenggung Marubai menangkap ikan di sungai Simpang Melawi dengan menggunakan bubu (perangkap ikan) raksasa dari batang bambu dan menutup sebagian arus sungai dengan batu-batu, sehingga dengan mudah ikan-ikan terperangkap masuk ke dalam bubunya. Ikan-ikan tersebut kemudian dipilihnya, hanya ikan besar saja yang diambil, sedangkan ikan-ikan yang masih kecil dilepaskannya kembali ke dalam sungai sampai ikan tersebut menjadi besar untuk ditangkap kembali. Dengan cara demikian, ikan-ikan di sungai di Simpang Melawi tidak akan pernah habis dan terus berkembang biak.
Mengetahui hal tersebut, Bujang Beji pun menjadi iri hati terhadap Temenggung Marubai. Karena ga mau kalah, Bujang Beji pun pergi menangkap ikan di sungai di Simpang Kapuas dengan cara menuba (meracuni air di sungai). Dengan cara itu, ia pun mendapatkan hasil tangkapan yang lebih banyak. Pada awalnya, ikan yang diperoleh Bujang Beji dapat melebihi hasil tangkapan Temenggung Marubai. Namun, ia tidak menyadari bahwa menangkap ikan dengan cara menuba lambat laun akan memusnahkan ikan di sungai Simpang Kapuas, karena tidak hanya ikan besar saja yang tertangkap, tetapi ikan kecil juga ikut mati. Akibatnya, semakin hari hasil tangkapannya pun semakin sedikit, sedangkan Temenggung Marubai tetap memperoleh hasil tangkapan yang melimpah. Hal itu membuat Bujang Beji semakin dengki dan iri hati kepada Temenggung Marubai.
”Wah, gawat jika keadaan ini terus dibiarkan!” gumam Bujang Beji dengan geram.
Sejenak ia merenung untuk mencari cara agar ikan-ikan yang ada di kawasan Sungai Melawi habis. Setelah beberapa lama berpikir, ia pun menemukan sebuah cara yang paling baik, yakni menutup aliran Sungai Melawi dengan batu besar pada hulu Sungai Melawi. Dengan demikian, Sungai Melawi akan terbendung dan ikan-ikan akan menetap di hulu sungai.
Setelah memikirkan masak-masak, Bujang Beji pun memutuskan untuk mengangkat puncak Bukit Batu di Nanga Silat, Kabupaten Kapuas Hulu. Dengan kesaktiannya yang tinggi, ia pun memikul puncak Bukit Batu yang besar itu. Oleh karena jarak antara Bukit Batu dengan hulu Sungai Melawi cukup jauh, ia mengikat puncak bukit itu dengan tujuh lembar daun ilalang.
Di tengah perjalanan menuju hulu Sungai Melawi, tiba-tiba Bujang Beji mendengar suara perempuan sedang menertawakannya. Rupanya, tanpa disadari, dewi-dewi di Kayangan telah mengawasi tingkah lakunya. Saat akan sampai di persimpangan Kapuas-Melawi, ia menoleh ke atas. Namun, belum sempat melihat wajah dewi-dewi yang sedang menertawakannya, tiba-tiba kakinya menginjak duri yang beracun.
”Aduuuhhh… !” jerit Bujang Beji sambil berjingkrat-jingkrat menahan rasa sakit.
Seketika itu pula tujuh lembar daun ilalang yang digunakan untuk mengikat puncak bukit terputus. Akibatnya, puncak bukit batu terjatuh dan tenggelam di sebuah rantau yang disebut Jetak. Dengan geram, Bujang Beji segera menatap wajah dewi-dewi yang masih menertawakannya.
”Awas, kalian! Tunggu saja pembalasanku!” gertak Bujang Beji kepada dewi-dewi tersebut sambil menghentakkan kakinya yang terkena duri beracun ke salah satu bukit di sekitarnya.
”Enyahlah kau duri brengsek!” seru Bujang Beji dengan perasaan marah.
Setelah itu, ia segera mengangkat sebuah bukit yang bentuknya memanjang untuk digunakan mencongkel puncak Bukit Batu yang terbenam di rantau (Jetak) itu. Namun, Bukit Batu itu sudah melekat pada Jetak, sehingga bukit panjang yang digunakan mencongkel itu patah menjadi dua. Akhirnya, Bujang Beji gagal memindahkan puncak Bukit Batu dari Nanga Silat untuk menutup hulu Sungai Melawi. Ia sangat marah dan berniat untuk membalas dendam kepada dewi-dewi yang telah menertawakannya itu.
Bujang Beji kemudian menanam pohon kumpang mambu yang akan digunakan sebagai jalan untuk mencapai Kayangan dan membinasakan para dewi yang telah menggagalkan rencananya itu. Dalam waktu beberapa hari, pohon itu tumbuh dengan subur dan tinggi menjulang ke angkasa. Puncaknya tidak tampak jika dipandang dengan mata kepala dari bawah.
Sebelum memanjat pohon kumpang mambu, Bujang Keji melakukan upacara sesajian adat yang disebut dengan Bedarak Begelak, yaitu memberikan makan kepada seluruh binatang dan roh jahat di sekitarnya agar tidak menghalangi niatnya dan berharap dapat membantunya sampai ke kayangan untuk membinasakan dewi-dewi tersebut.
Namun, dalam upacara tersebut ada beberapa binatang yang terlupakan oleh Bujang Beji, sehingga tidak dapat menikmati sesajiannya. Binatang itu adalah kawanan sampok (rayap) dan beruang. Mereka sangat marah dan murka, karena merasa diremehkan oleh Bujang Beji. Mereka kemudian bermusyawarah bagaimana cara menggagalkan niat Bujang Beji agar tidak mencapai kayangan.
”Apa yang harus kita lakukan, Raja Beruang?” tanya Raja Sampok kepada Raja Beruang dalam pertemuan itu.
”Kita robohkan pohon kumpang mambu itu,” jawab Raja Beruang.
”Bagaimana caranya?” tanya Raja Sampok penasaran.
”Kita beramai-ramai menggerogoti akar pohon itu ketika Bujang Beji sedang memanjatnya,” jelas Raja Beruang.
Seluruh peserta rapat, baik dari pihak sampok maupun beruang, setuju dengan pendapat Raja Beruang.
Keesokan harinya, ketika Bujang Beji memanjat pohon itu, mereka pun berdatangan menggerogoti akar pohon itu. Oleh karena jumlah mereka sangat banyak, pohon kumpang mambu yang besar dan tinggi itu pun mulai goyah. Pada saat Bujang Beji akan mencapai kayangan, tiba-tiba terdengar suara keras yang teramat dahsyat.
”Kretak… Kretak… Kretak… !!!”
Beberapa saat kemudian, pohon Kumpang Mambu setinggi langit itu pun roboh bersama dengan Bujang Beji.
”Tolooong… ! Tolooong…. !” terdengar suara Bujang Beji menjerit meminta tolong.
Pohon tinggi itu terhempas di hulu sungai Kapuas Hulu, tepatnya di Danau Luar dan Danau Belidak. Bujang Beji yang ikut terhempas bersama pohon itu mati seketika. Maka gagallah usaha Bujang Beji membinasakan dewi-dewi di kayangan, sedangkan Temenggung Marubai terhindar dari bencana yang telah direncanakan oleh Bujang Beji.
Menurut cerita, puncak bukit Nanga Silat yang terlepas dari pikulan Bujang Beji menjelma menjadi Bukit Kelam. Patahan bukit yang berbentuk panjang yang digunakan Bujang Beji untuk mencongkelnya menjelma menjadi Bukit Liut. Adapun bukit yang menjadi tempat pelampiasan Bujang Beji saat menginjak duri beracun, diberi nama Bukit Rentap.
3. Taman Nasional Komodo
Taman Nasional Komodo terdiri dari tiga buah pulau besar yaitu pulau Komodo, pulau Rinca dan pulau Padar serta 26 buah pulau besar/kecil lainnya. Sebanyak 11 buah gunung/bukit yang ada di Taman Nasional Komodo dengan puncak tertinggi yaitu Gunung Satalibo (± 735 meter dpl). Wilayah darat taman nasional ini 603 km² dan wilayah total adalah 1817 km².
Keadaan alam yang kering dan gersang menjadikan suatu keunikan tersendiri. Adanya padang savana yang luas, sumber air yang terbatas dan suhu yang cukup panas; ternyata merupakan habitat yang disenangi oleh sejenis binatang purba Komodo (Varanus komodoensis).
Sebagian besar taman nasional ini merupakan savana dengan pohon lontar (Borassus flabellifer) yang paling dominan dan khas. Beberapa tumbuhan yang ada di Taman Nasional Komodo antara lain rotan (Calamus sp.), bambu (Bambusa sp.), asam (Tamarindus indica), kepuh (Sterculia foetida), bidara (Ziziphus jujuba), dan bakau (Rhizophora sp.)
Selain satwa khas Komodo, terdapat rusa (Cervus timorensis floresiensis), babi hutan (Sus scrofa), ajag (Cuon alpinus javanicus), kuda liar (Equus qaballus), kerbau liar (Bubalus bubalis); 2 jenis penyu, 10 jenis lumba-lumba, 6 jenis paus dan duyung yang sering terlihat di perairan laut Taman Nasional Komodo
4. Taman Nasional Ujung Kulon
Taman Nasional Ujung Kulon merupakan perwakilan ekosistem hutan hujan tropis dataran rendah yang tersisa dan terluas di Jawa Barat, serta merupakan habitat yang ideal bagi kelangsungan hidup satwa langka badak Jawa (Rhinoceros sondaicus) dan satwa langka lainnya. Terdapat tiga tipe ekosistem di taman nasional ini yaitu ekosistem perairan laut, ekosistem rawa, dan ekosistem daratan.
Keanekaragaman tumbuhan dan satwa di Taman Nasional Ujung Kulon mulai dikenal oleh para peneliti, pakar botani Belanda dan Inggris sejak tahun 1820. Kurang lebih 700 jenis tumbuhan terlindungi dengan baik dan 57 jenis diantaranya langka seperti; merbau (Intsia bijuga), palahlar (Dipterocarpus haseltii), bungur (Lagerstroemia speciosa), cerlang (Pterospermum diversifolium), ki hujan (Engelhardia serrata)dan berbagai macam jenis anggrek.
Satwa di Taman Nasional Ujung Kulon terdiri dari 35 jenis mamalia, 5 jenis primata, 59 jenis reptilia, 22 jenis amfibia, 240 jenis burung, 72 jenis insekta, 142 jenis ikan dan 33 jenis terumbu karang. Satwa langka dan dilindungi selain badak Jawa adalah banteng (Bos javanicus javanicus), ajag (Cuon alpinus javanicus), surili (Presbytis comata comata), lutung (Trachypithecus auratus auratus), rusa (Cervus timorensis russa), macan tutul (Panthera pardus), kucing batu (Prionailurus bengalensis javanensis), owa (Hylobates moloch), dan kima raksasa (Tridacna gigas).
5. Taman Nasional Lorenz
Taman Nasional Lorentz merupakan perwakilan dari ekosistem terlengkap untuk keanekaragaman hayati di Asia Tenggara dan Pasifik. Kawasan ini juga merupakan salah satu diantara tiga kawasan di dunia yang mempunyai gletser di daerah tropis. Membentang dari puncak gunung yang diselimuti salju (5.030 meter dpl), hingga membujur ke perairan pesisir pantai dengan hutan bakau dan batas tepi perairan Laut Arafura. Dalam bentangan ini, terdapat spektrum ekologis menakjubkan dari kawasan vegetasi alpin, sub-alpin, montana, sub-montana, dataran rendah, dan lahan basah.
Selain memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi, terdapat pula beberapa kekhasan dan keunikan adanya gletser di Puncak Jaya dan sungai yang menghilang beberapa kilometer ke dalam tanah di Lembah Balliem.
Sebanyak 34 tipe vegetasi diantaranya hutan rawa, hutan tepi sungai, hutan sagu, hutan gambut, pantai pasir karang, hutan hujan lahan datar/lereng, hutan hujan pada bukit, hutan kerangas, hutan pegunungan, padang rumput, dan lumut kerak.
Jenis-jenis tumbuhan di taman nasional ini antara lain nipah (Nypa fruticans), bakau (Rhizophora apiculata), Pandanus julianettii, Colocasia esculenta, Avicennia marina, Podocarpus pilgeri, dan Nauclea coadunata.
Jenis-jenis satwa yang sudah diidentifikasi di Taman Nasional Lorentz sebanyak 630 jenis burung (± 70 % dari burung yang ada di Papua) dan 123 jenis mamalia. Jenis burung yang menjadi ciri khas taman nasional ini ada dua jenis kasuari, empat megapoda, 31 jenis dara/merpati, 30 jenis kakatua, 13 jenis burung udang, 29 jenis burung madu, dan 20 jenis endemik diantaranya cendrawasih ekor panjang (Paradigalla caruneulata) dan puyuh salju (Anurophasis monorthonyx).
Satwa mamalia tercatat antara lain babi duri moncong panjang (Zaglossus bruijnii), babi duri moncong pendek (Tachyglossus aculeatus), 4 jenis kuskus, walabi, kucing hutan, dan kanguru pohon.
Taman nasional ini memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi dan ditunjang keanekaragaman budaya yang mengagumkan. Diperkirakan kebudayaan tersebut berumur 30.000 tahun dan merupakan tempat kediaman suku Nduga, Dani Barat, Amungme, Sempan dan Asmat. Kemungkinan masih ada lagi masyarakat yang hidup terpencil di hutan belantara ini yang belum mengadakan hubungan dengan manusia modern.
Suku Asmat terkenal dengan keterampilan pahatan patungnya. Menurut kepercayaannya, suku tersebut identik dengan hutan atau pohon. Batang pohon dilambangkan sebagai tubuh manusia, dahan-dahannya sebagai lengan, dan buahnya sebagai kepala manusia. Pohon dianggap sebagai tempat hidup para arwah nenek moyang mereka. Sistem masyarakat Asmat yang menghormati pohon, ternyata berlaku juga untuk sungai, gunung dan lain-lain.
Lorentz ditunjuk sebagai taman nasional pada tahun 1997, sehingga fasilitas/sarana untuk kemudahan pengunjung masih sangat terbatas, dan belum semua obyek dan daya tarik wisata alam di taman nasional ini telah diidentifikasi dan dikembangkan.
Musim kunjungan terbaik: bulan Agustus s/d Desember setiap tahunnya.
Cara pencapaian lokasi:
Dari kota Timika ke bagian Utara kawasan menggunakan penerbangan perintis dan ke bagian Selatan menggunakan kapal laut melalui Pelabuhan Sawa Erma, dilanjutkan dengan jalan setapak ke beberapa lokasi.
Dari kota Timika ke bagian Utara kawasan menggunakan penerbangan perintis dan ke bagian Selatan menggunakan kapal laut melalui Pelabuhan Sawa Erma, dilanjutkan dengan jalan setapak ke beberapa lokasi.
Gitgit Waterfall is a beautiful tourist destination in north part of Bali. Gitgit waterfall is located in the plateau area with the height about 35 metres and it is surrounded by tropical tree and emits the constantly natural water debit during the year. Waterfall voice around the charming nature was amazing and it was the separate attraction which can be enjoyed by each visitors who comes to visit.
There are some plantations protecting the rain forest around the waterfall and in this place we also can meet the wild monkey.
Gitgit Waterfall is located in Gitgit countryside, Sukasada sub district and about 10 Km from Singaraja Town or about 70 Km from Denpasar. It is set at height land about 300 meters above sea level. Beside of Gitgit, there is another important spot point like the monument for hero struggle of Singaraja resident who dead on the battle against the Dutch colonialist. This monument is called Bhuwana Pangkung Bangka.
This Monument is extant monument and idol of people struggle action against the Dutch colonization. This monument is located in Gitgit countryside and Sukasada sub district and about 17 Km from Singaraja Town . It is situated on the hill bank. The facilities are available at Gitgit Waterfall is consisted of the parking area, restaurant and art shop. It is not far from the waterfall place, there is a place for taking a rest while enjoy the beauty panorama of rice terrace and Buleleng Beach. In order to visit the Gitgit waterfall, all visitors will follow the walkway down until the spot point. This road is one of the omissions in Dutch era where the local resident uses it to access other regions.
7. Cibeureum waterfall
Air terjun Cibeureum berlokasi di cibodas, kabupaten cianjur, provinsi Jawa Barat kurang lebih 100 KM dari Jakarta yang memakan waktu perjalanan kurang lebih 2 jam.
Air terjun Cibeureum merupakan lokasi wisata yang terletak di dalam taman nasional Gunung Gede Pangrango, sebuah taman nasional yang mempunyai luas sekitar 21.975 hektar dengan hutan hujan tropis yang ditumbuhi berbagai jenis tanaman dan hewan langka. Di kawasan cagar alam ini pula terdapat tanaman pemakan serangga (Kantong Semar) atau jamur yang mengeluarkan cahaya.
Setidaknya ada 3 air terjun di lokasi air terjun Cibeureum yaitu air terjun Cikundul, air terjun Cidenden dan air terjun Cibeureum.
Air terjun Cikundul merupakan air terjun yang lokasinya paling mudah dijangkau dan paling banyak volume airnya diantara ketiga air terjun tersebut. Biasanya Cikundul merupakan lokasi favorit untuk pengambilan foto bagi para pengunjung. Air terjun Cidenden lokasinya terletak di tengah-tengah antara Cikundul dan Cibereum merupakan air terjun yang sangat indah karena barisan tebing bagian atasnya yang tidak ditumbuhi lumut dan sekitar air terjun di tumbuhi oleh bunga. Sedangkan air terjun Cibeureum adalah yang paling dingin airnya, biasanya pengunjung hanya bisa berfoto-foto dari jauh dikarenakan lokasi air terjun tersebut yang terhimpit dengan tebing.
8. Sipiso-piso waterfall
Air terjun Sipiso-piso terletak di Kecamatan Merek, Kabupaten Karo, Sumatera Utara, Indonesia. Kecamatan ini berada sekitar 24 km dari Kota Kabanjahe, ibukota Kabupaten Karo.
Pemandangan di sekitar air terjun sangat indah. Kamu harus menyusuri punggung bukit melalui ratusan anak tanggak kecil yang telah disediakan untuk turun bila ingin mendekati air terjun ini. Jajaran anak tangga yang telah dipersiapkan itu merupakan jalan utama yang aman.
Air terjun sipiso-piso memiliki ketinggian 120 meter atau sekitar 360 kaki sebelum mengalir ke Danau Toba, percikan air di air terjun sipiso-piso lebih besar dari air terjun Sigura-gura, suatu daerah wisata alam terkenal di Sumatera Utara.
Untuk mencapai air terjun ini, dari kota Medan, kamu harus menempuh perjalanan sekitar dua jam menuju Kabanjahe, ibukota Kabupaten Karo. Kabanjahe terletak di Selatan kawasan dataran tinggi, Brastagi. Selanjutnya, kamu harus menempuh jarak 24 km ke arah Utara, menuju Danau Toba hingga mencapai desa Tongging. Dari desa tersebut air terjun Sipiso-piso dapat ditempuh dalam waktu 30 menit sajah. Untuk penginapan, kamu bisa mendapatkannya di Kota Kabanjahe. Banyak suvenir juga yang dijual di marii. Met jalan-jalan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar